Baru-baru ini sosok inspiratif nan progresif baru saja lulus sebagai Doktor Ilmu Sosial yang ke-254 FISIP Universitas Airlangga (Unair). Ia adalah Dr Rr Ratnaningsih SH DipLib MA yang kini sudah tak muda lagi. Perempuan kelahiran Mojosari, 29 Mei 1946, itu masih bersemangat dan bertekad besar dalam menuntut ilmu.

Baginya, ilmu adalah hal yang harus dipelajari dan senantiasa dikaji. Tujuannya agar tidak mudah terlupakan dan bermanfaat untuk sesama. Selain itu, pada usianya yang telah senja, Ratna tidak mau hanya beristirahat dan tidak melakukan hal yang hanya akan membuatnya bosan.

“Saya memang sejak muda termasuk orang yang aktif dalam kegiatan maupun organisasi,” cetus Ratna, Minggu (1/11/2020).

Hingga saat ini, ia masih aktif mengajar dan berbagi ilmu untuk mahasiswa. Sebagai peraih gelar Pustakawan Utama, Ratna sering kali memperoleh penghargaan dari berbagai pihak, mulai institusi, provinsi, hingga Perpustakaan Nasional. Selain itu, jumlah karya tulis ilmiah yang ia terbitkan hingga saat ini telah lebih dari 80 karya tulis.

Ia bercerita, mulai menginjakkan kaki di bangku studi S-3 Ilmu Sosial FISIP Unair pada 2016. Saat itu, usianya sudah tujuh dekade. Namun, ia sama sekali tak gentar karena baginya menuntut ilmu adalah bagian terbesar dari jalan hidupnya.

“Mungkin akan banyak orang yang ingin mengatakan bahwa saya ini enggak nyadar umur karena sudah sepuh (lanjut usia), tetapi masih kekeh buat kuliah lagi,” ujarnya sembari tertawa.

Alumnus University of Northumbria itu juga menegaskan bahwa hingga saat ini ia masih rutin membaca, menulis, mengajar, dan melakukan aktivitas positif lainnya. Hal itu diyakini dapat membuatnya lebih baik dan dijauhkan dari segala penyakit.

“Era pandemi ini menjadi kesempatan generasi muda untuk lebih kreatif dan inovatif, kini semua hal serba digital. Teknologi harus dimanfaatkan demi kebaikan umat,” imbuh Ratna yang pernah menjabat sebagai Ketua Perpustakaan UNAIR itu.

Sementara itu, Igak Satrya Wibawa SSos MComm PhD, salah seorang penyanggah dalam ujian Doktor, menyatakan, jika Ratna mengangkat isu yang sangat up to date dalam disertasinya. Diketahui, Ratna membahas perihal keterlibatan digitalisasi dan komputasi dalam perputaran komunikasi pustakawan dan pemustaka.

Menurut Igak, relevansi penelitiannya tepat dengan kondisi saat ini, terlebih pemaparan hasil penelitian juga sangat jelas dan menarik. Ia meyakini bahwa kiprah Ratna sebagai pustakawan selama ini berperan besar dalam keberhasilan disertasinya.

“Bu Ratna menjadi contoh bahwa mengenyam pendidikan tidak mengenal usia, dan ia berhasil membuktikannya. Sosoknya patut menjadi teladan kita semua, terutama generasi muda,” pungkasnya. [*]