Siti Nur Seha merupakan representasi dari salah satu alumni Universitas Airlangga yang berhasil mengabdikan dirinya untuk masyarakat. Berkat risetnya yang berlangsung lebih dari 14 bulan, dia berhasil menciptakan produk minuman berkolagen yang halal dan sesuai syariat Islam.
Seha—sapaan akrabnya—memberdayakan ibu rumah tangga di lingkungannya untuk turut serta memproduksi minuman buatannya. Hal itu dilakukannya sebagai bentuk rasa terima kasih atas bantuan biaya pendidikan Bidikmisi yang diperoleh semasa kuliah.
“Produk saya bernama Shaany, yang bergerak dalam bidang pengolahan limbah sisik ikan menjadi kolagen halal. Saya memadukannya dengan ekstrak buah-buahan, pengemasannya dalam bentuk saset,” jelas Seha.
Sampai saat ini, sambung Seha, Indonesia masih mengimpor kolagen dari berbagai negara. Bahan baku kolagen luar negeri didominasi kulit babi, tulang, dan kulit sapi. Bagi umat Islam, babi haram hukumnya untuk dikonsumsi. Sedangkan sapi jika disembelih non-Muslim, hukumnya haram.
Dalam ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM), Seha mengaku mendaftar pada detik-detik terakhir. Dia dinyatakan lolos dan mengikuti tahap demi tahap. Hingga akhirnya, berkat kesungguhan dan keunikan produknya, dia memboyong Juara I Bidang Usaha Boga kategori Business Plan.
Menurut keterangannya, Shaany terbukti kehalalannya, konsentrasi kolagennya lebih tinggi dari minuman kolagen yang beredar di pasaran. Selain itu, harganya sangat terjangkau dan banyak varian rasa.
Shaany merupakan wujud dari produk lokal yang ramah lingkungan. Terlebih, Shaany telah melalui berbagi pengujian di laboratorium yang sudah terakreditasi KAN.
“Selama 14 bulan, saya berjibaku untuk riset demi menemukan bahan baku yang cocok. Saat itu, banyak cemoohan dan mengatakan saya kurang kerjaan, bahkan tak jarang komentar-komentar negatif berdatangan,” ungkapnya.
Kendati demikian, Seha merupakan sosok yang tangguh dan pantang menyerah dan dia tetap fokus dengan impiannya. Bahkan, setelah puluhan kali mencari bahan di berbagai tempat dan berhasil menemukannya, dia mendapat masalah lain, yakni kurang lengkapnya peralatan.
“Beruntungnya, saya punya orangtua yang selalu mendukung. Bapak menjual sepeda motor untuk membeli peralatan yang saya butuhkan. Bermodalkan tabungan pribadi dan gaji bapak sebagai tukang bangunan, beliau merenovasi dapur menjadi mini laboratorium,” terangnya.
Di tempat tersebut, Seha melakukan riset hingga berhasil dan mengajukannya ke Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo untuk memperoleh pembinaan. Menurut Seha, Dinas Perikanan merespons dengan sangat baik dan menggratiskan berbagai pengujian risetnya.
Akhirnya, Seha dapat memberikan solusi untuk keresahan masyarakat terhadap kehalalan kolagen. Produk Shaany merupakan wujud nyata dari kontribusi milenial untuk bangsa yang pantas dibanggakan. [*]