Menjelang Hari Raya Idul Fitri, sejumlah destinasi wisata mempersiapkan diri menyambut wisatawan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes). Senada dengan hal itu, Novianto Edi Suharno SSTPar MSi, dosen D-3 Pariwisata Universitas Airlangga (Unair) menyampaikan perspektifnya terkait pembukaan destinasi wisata.

“Pada dasarnya, destinasi wisata jumlah pengunjungnya relatif bisa dikontrol dan cenderung berpotensi menjadi tempat kerumunan. Oleh karena itu, harus ada kontrol pengunjung dan menerapkan prokes serta pengawasan dalam prokes,” papar Novianto, Jumat (16/4/2021).

Pembukaan destinasi wisata juga bagian dari kebijakan pemerintah setempat kota/kabupaten dengan pertimbangan kondisi lingkungan. Terkait pembukaan tempat wisata itu, Novianto menekankan controlling. Menurut Novianto, langkah preventif untuk penularan penyebaran virus juga harus ada upaya kontrol dari pengelola destinasi wisata.

Ia menyebutkan, pertama, ada pengetatan pengawasan prokes. Kedua, carrying capacity sehingga sektor ekonomi dan sektor kesehatan bisa berjalan beriringan. Dengan serentak mematuhi protokol kesehatan, ekonomi bisa pulih serta rakyat sehat dan selamat.

Lebih lanjut, Novianto menjelaskan secara luas mengenai pengetatan pengawasan prokes yakni menambah sumber daya manusia (SDM) yang bertugas mengawasi dan mengontrol melalui CCTV serta harus ada sanksi bagi yang melanggar.

Kemudian, penawaran kedua dari Novianto mengenai pembatasan jumlah pengunjung yakni pihak pengelola menentukan jumlah kuota dan durasi pengunjung yang masuk area wisata.

Euforia pengunjung yang melepas masker untuk mengabadikan eksistensinya di destinasi wisata bisa dianggap wajar apabila wisata bertempat outdoor dan pengunjung sesama keluarga inti. Sebab, risiko tempat wisata indoor jauh lebih besar daripada outdoor dengan sirkulasi udara yang baik.

Ia pun turut mengajak masyarakat untuk selalu menggunakan masker. Desain masker pun kini beragam dan menarik, serta bisa merefleksikan diri pemakai masker.

“Gunakan masker Anda karena masker sekarang juga didesain untuk menunjukkan identitas dan jati diri pemakainya. Oleh karena itu, jauh lebih menarik jika digunakan untuk foto di destinasi wisata,” jelasnya.

Ia juga menekankan kesadaran dari masing-masing individu yang ingin berwisata untuk terus menjaga jarak.

“Jangan lupa jaga jarak karena terkadang banyak yang tidak mengindahkan. Ingat yang tertular itu orang lain, kita tidak pernah tahu, bisa jadi diri kita yang dapat menularkannya (virus),” imbuhnya.

Sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, saat ini Unair tengah mengembangkan vaksin untuk membantu menangani pandemi Covid-19. Untuk mengenal Unair lebih dekat, klik unair.ac.id. (*)