Aplikasi Fenix Animal Care resmi diluncurkan pada Sabtu (17/07/2021). Aplikasi tersebut dikembangkan oleh 3 mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (FKH Unair), yaitu Yohanes Berlian Triwidakdo, Teresa Deandra, Bernadette Caroline Angelica, dan 1 mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Unair, Astrid Kusumawati, serta Marvin Ariel Johannes yang merupakan mahasiswa asal Universitas Atmajaya.
Dr M Munawaroh drh MM selaku Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) dalam sambutannya menyampaikan, dengan adanya aplikasi ini, para pemilik hewan maupun dokter hewan akan sangat terbantu dalam melakukan pelayanan kesehatan hewan. Ia juga mengaku telah ikut mendaftar menjadi seorang konsultan di Fenix Animal Care.
“Tolong, semua dokter hewan yang akan bergabung di aplikasi ini (Fenix Animal Care) harus memiliki surat izin praktik. Surat izin praktik berguna untuk mengidentifikasi dokter hewan tersebut praktik sehingga, jika ada kesalahan praktik, dapat dimintai pertanggungjawaban,” pesannya.
Aplikasi Fenix Animal Care merupakan platform yang menyediakan kebutuhan hewan peliharaan. Aplikasi ini diciptakan untuk memudahkan berkolaborasi dengan dokter hewan, menyelamatkan, dan memelihara hewan pada era digital ini. Fenix Animal Care dilengkapi dengan dua fitur utama, yaitu vet consultation dan grooming.
Vet consultation merupakan fitur yang dapat menghubungkan pawrents pada dokter hewan dan telah terintegrasi dengan data base rekam medis. Sementara itu, grooming merupakan fitur yang ditujukkan untuk menjaga kebersihan hewan peliharaan sehingga terhindar dari berbagai penyakit.
Yohanes Berlian Triwidakdo atau akrab disapa Berlin mengaku, Fenix terbentuk karena ia melihat masih banyak pawrents yang belum terbiasa memeriksakan hewan peliharaannya ke dokter hewan. Ia merasa tergerak dan bersemangat untuk mencoba mendekatkan masyarakat dengan dokter hewan melalui aplikasi Fenix yang dapat diunduh pada ponsel pintar dan telah tersedia di Google Play Store.
Namun, Berlin merasa platform konsultasi tidaklah cukup untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan hewan. Ia bersama para pendiri Fenix juga berusaha aktif mengampanyekan hak tersebut di media sosial dan grup komunitas mereka serta mengadakan webinar-webinar yang didukung oleh dokter hewan.
“Saya merasa bersyukur karena Fenix banyak dibantu oleh banyak sivitas akademika Unair. Mulai dari rekan kuliah yang suportif, dosen-dosen yang mau totalitas membantu, berdiskusi, dan berbagi pengalaman, DPKKA, inkubator bisnis Unair, hingga para alumnus FKH turut serta mendukung. Sebagian besar pembicara webinar Fenix merupakan alumni Unair,” tukasnya.
Ia menambahkan, meskipun Fenix merupakan startup yang baru belajar merangkak, ia optimistis Fenix akan terus berkembang. Ia juga menyampaikan, bila kebiasaan berpikir kritis dikembangkan, pasti akan banyak startup yang lahir dari Unair.
Unair merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia yang mendorong sivitas akademikanya senantiasa berkontribusi di masyarakat. Untuk mengetahui kiprah mahasiswa dan alumni Unair lainnya, kunjungi laman unair.ac.id. (*)