Berkembangnya stigma buruk tentang kesehatan mental kerap membuat seseorang enggan berkonsultasi dengan psikolog. Hal ini tentu dapat berdampak buruk terhadap tingginya angka depresi di Indonesia. Kondisi tersebut menginspirasi lima ksatria Airlangga untuk menciptakan aplikasi self-care berbasis artificial intelligence (AI). Inovasi itu turut mendukung ketercapaian SDGs poin ke-3 yaitu good health dan well-being, yaitu mendukung kesejahteraan bagi semua usia.
Mereka adalah Nidya Almira Xavier Herda Putri, Muhammad Fauzan Prawira Arya dan Elva Chusniyatuzzamrodah, mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2018 yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) Universitas Airlangga. Mereka mengangkat judul proposal “SEJATI: Aplikasi Self-Care berbasis Kecerdasan Buatan sebagai Upaya Penurunan Risiko Depresi bagi Remaja”.
Berlatar belakang dari jurusan yang sama, ketiganya mengaku memiliki ketertarikan di bidang psikologi, utamanya kesehatan mental yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan. “Isu kesehatan mental lagi banyak diperhatikan, sehingga mulai bermunculan akun media sosial yang bahas tentang itu. Meskipun begitu, masih banyak stigma kesehatan mental yang beredar di masyarakat, dan akhirnya membuat seseorang cenderung takut atau malu buat ketemu dan konsultasi dengan ahlinya,” jelas Nidya.
Mengenai sasaran usia yang dituju, Nidya menjelaskan bahwa remaja merupakan kelompok usia yang rentan mengalami gangguan mental, terutama depresi. “Dan kami memang berfokus untuk menurunkan risiko gangguan depresi, mengingat depresi merupakan gangguan mental dengan prevalensi tertinggi di Indonesia, dan bahaya yang dapat ditimbulkannya,” tambahnya.
Nidya dan tim mencoba mengatasi permasalahan tersebut dengan aplikasi self-care bernama SEJATI yang dapat digunakan secara mandiri oleh pengguna. Aplikasi gagasan mereka nantinya akan difasilitasi dengan fitur berupa saran aktivitas self-care, artikel kesehatan mental, mood tracker, dan mengobrol dengan Eno, chatbot canggih yang membedakan SEJATI dari aplikasi lain.
Chatbot Eno sebagai fitur utama merupakan kecerdasan buatan yang dapat mendengarkan cerita dari pengguna. “Kami menjadikan Eno sebagai salah satu fitur utama, karena kami berharap chatbot ini bisa menjadi teman bercerita bagi para penggunanya nanti, sehingga pengguna bisa merasa didengarkan kapan pun dan di mana pun,” sebut Nidya.
Berkat inovasi SEJATI, Tim PKM bimbingan Herdina Indrijati MPsi, dosen dari Fakultas Psikologi tersebut, berhasil mendapatkan pendanaan dari Kemendikbudristek RI. “Kami berharap prototipe aplikasi yang dibentuk dapat dikembangkan dan dipakai secara optimal oleh masyarakat luas. Untuk jangka panjangnya, aplikasi ini diharap bisa mengurangi stigma kesehatan mental dan membuat para penggunanya merasa aman dan nyaman dengan kondisi mental mereka,” tutupnya.
Unair merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia yang mendorong sivitas akademikanya senantiasa memberikan kontribusi di masyarakat. Untuk mengetahui kiprah mahasiswa dan alumni Unair lainnya, kunjungi laman unair.ac.id. (*)