Junk food acap kali dianggap sebagai faktor obesitas pada tubuh manusia. Hal ini menyebabkan banyak orang menganggap pengurangan konsumsi junk food saja cukup untuk dapat mengatasi obesitas.
Spesialis Penyakit Dalam Universitas Airlangga (Unair) Dr Hermina Novida dr SpPD KEMD menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat memengaruhi berat badan seseorang. Pertama, kalori yang masuk jauh lebih banyak dari yang keluar.
“Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi penumpukan kalori, yang kemudian berubah menjadi lemak dan berujung pada obesitas,” ungkapnya. Kedua, obesitas dapat disebabkan kondisi lain yang tidak melulu berkaitan dengan asupan makanan.
Konsumsi “junk food” bisa sebabkan obesitas?
Junk food yang sering dipersepsi sama dengan fast food nyatanya berbeda. Fast food atau makanan cepat saji merupakan makanan yang disiapkan agar bisa segera dikonsumsi sehingga tidak semua fast food adalah junk food. Sementara itu, junk food sendiri merupakan makanan yang kaya akan gula, garam, kalori, lemak jenuh, dan minim kandungan gizi.
Bila berlebihan mengonsumsi makanan jenis ini, hal ini akan menyebabkan penumpukan gula, garam, dan lemak yang memicu kenaikan berat badan atau obesitas. ”Oleh karena itu, junk food memang bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kegemukan atau obesitas. Namun, perlu diperhatikan juga penyebab lain selain dari asupan makanan,” sebut Dr Hermina.
Sementara itu, menurut dokter sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Unair tersebut, asupan junk food yang berlebihan dapat menjadi penyebab obesitas. Namun, tidak semua obesitas disebabkan asupan makanan. “Keadaan hipotiroid, gangguan hormon adrenal, atau kondisi-kondisi tertentu juga bisa menyebabkan kegemukan,” jelasnya.
Menurut Dr Hermina, mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik merupakan kunci dari menurunkan berat badan. “Bila obesitas, sebaiknya asupan kalori diturunkan sebanyak 500-1000 kalori dari asupan normal,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, kandungan gizi dalam makanan harus diperhatikan. Karbohidrat simpel yang banyak mengandung gula sebaiknya diganti sayur dan karbohidrat kompleks yang mengandung banyak serat. Selain itu, mengonsumsi air putih, menghindari minuman bergula, dan meningkatkan aktivitas fisik juga merupakan perilaku yang mendorong penurunan berat badan.
“Kalau yang disarankan, untuk obesitas, sebaiknya melakukan olahraga selama 30-45 menit per hari, sebanyak 5 hari per minggu dengan intensitas sedang. Namun, jika pasien obesitas ingin turunnya lebih banyak, olahraga dapat ditingkatkan menjadi 45-60 menit per hari, selama 5-6 hari per minggu,” jelasnya.
Sebelum melakukan program penurunan berat badan, pasien sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi lain yang mendasari obesitas dan adanya pantangan tertentu dalam aktivitas fisik dan diet.
Unair sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, mendorong masyarakat untuk menjalani hidup lebih sehat. Untuk mengetahui kiprah Unair di masyarakat, kunjungi laman unair.ac.id. (*)