Kasus positif cenderung tinggi akhir-akhir ini, tetapi angka tracing di Indonesia masih terbilang sangat rendah. Menanggapi hal tersebut, Cendra Devayana Putra, salah seorang alumni Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST Unair) dan Daffa Yagrariksa Ramadhan mahasiswa Angkatan 2019 Sistem Informasi FST Unair membuat terobosan aplikasi tracing sederhana dan terautomasi menggunakan sistem terdistribusi (Android).
Aplikasi Buru Covid merupakan salah satu kontribusi Cendra dan Daffa dalam rangka memajukan dunia kesehatan Indonesia, khususnya Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA). Aplikasi tracing ini bersifat realtime dan terintegrasi sehingga waktu respons pendeteksian Covid-19 diharapkan akan semakin cepat. Sebelumnya, mereka juga telah berhasil membuat dua aplikasi yang kini telah digunakan RSUA yaitu, Laduni Sigiat dan Si-Perdana.
Diwawancarai tim Unair News pada Selasa (10/8/2021), Cendra selaku pelopor Aplikasi Buru Covid menjelaskan, pembuatan aplikasi tersebut terinspirasi dari sistem tracing di Taiwan, tempat ia melanjutkan studi masternya. Namun, ia dan Daffa membuat aplikasi ini lebih maju tanpa menggunakan selembar kertas.
“Metode yang kami implementasikan dalam bentuk digitalisasi ini telah terbukti berhasil menangani kasus Covid-19 di Taiwan. Aplikasi kami juga ramah lingkungan, tidak menggunakan kertas 100 persen,” tuturnya.
Buru Covid tidak hanya terdistrubsi di rumah sakit, tetapi juga dicanangkan akan tersedia pada setiap tempat publik , seperti pusat perbelanjaan dan tempat ramai lainnya. Hal ini dapat mempercepat waktu tracing, tambahnya.
Ia juga memaparkan tentang metode yang ia dan rekannya usung pada Aplikasi Buru Covid. Pada versi awal, masyarakat diminta untuk log in. Dengan satu kali klik pada sebuah toko, individu terhitung telah tercatat telah mengunjungi toko tersebut. Hal itu akan memudahkan tracing secara luas.
“Untuk versi kedua, saya ingin mencoba menggaet profesor saya di lab (Taiwan). Saya ingin mencoba menambahkan blockchain sehingga sistemnya jauh lebih aman,” ungkapnya.
Ia mengaku, Aplikasi Buru Covid tersebut masih memiliki kendala dalam biaya penyewaan server. Saat ini, mereka masih meminjam server yang berukuran 1 giga. Server tersebut dianggap sangat kurang untuk menjalankan aplikasi tracing itu.
Cendra menambahkan, Buru Covid memerlukan respons positif dari pemerintah agar dapat diimplementasikan dengan baik. Dalam hal ini, tim Buru Covid memerlukan database serta kebijakan pemerintah dalam menerapkan aplikasi tersebut di masyarakat. Selain itu, Buru Covid masih menunggu verifikasi dari Google Playstore.
“Karena kita menggunakan kata Covid, jadi kita membutuhkan konfirmasi terlebih dahulu dari pemerintah untuk mengaktifkan aplikasi di Playstore,” tuturnya.
Daffa juga menambahkan, mereka sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah dan Unair. Sebab, data yang dibutuhkan tidak berasal dari Buru Covid sendiri. Aplikasi ini akan berjalan dengan baik jika ada data pelengkap.
“Kami mengharapkan pemerintah dan Unair dapat membantu agar aplikasi ini dapat berjalan sehingga berguna untuk memudahkan tracing di Indonesia,” tutupnya.
Unair merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia yang mendorong sivitas akademikanya senantiasa mampu memberikan solusi dalam setiap permasalahan di masyarakat. Untuk mengetahui kiprah mahasiswa dan alumni Unair lainnya, kunjungi laman unair.ac.id. (*)