TikTok kini menempati posisi ketujuh dalam media sosial dengan jumlah pengguna aktif terbanyak di dunia. Di Indonesia sendiri, meski sempat diblokir pada 2018, media sosial tersebut kini kembali digandrungi oleh pengguna khususnya di Indonesia.
Fenomena ini dianggap wajar oleh Irfan Wahyudi SSos MComms PhD, pakar komunikasi Universitas Airlangga (Unair). “Menurut saya, wajar jika TikTok begitu digandrungi karena TikTok adalah platform visual yang sangat mudah menarik perhatian semua orang, tidak terkecuali milenial,” jelasnya dalam acara Katadata Literasi Digital Talks: eps.38, Selasa (28/9/2021).
Dalam dialog tersebut, Irfan menyebutkan bahwa sepak terjang TikTok di Indonesia seharusnya tidak mulus. Telah adanya media besar seperti Youtube dan Instagram yang telah menguasai market menyebabkan TikTok harus mencari celah. Untuk itu, media sosial ini harus memiliki keunggulan dibanding media berbasis audio visual yang lain.
“Jika membandingkan dengan platform audio visual, tentu kita ingat dengan SnapChat atau Youtube yang lebih dulu masuk, bertumbuh dan meraih pasar di Indonesia, untuk itu harus ada fitur yang bisa menjadi pembeda dan unggul untuk bisa bersaing,” sebutnya dalam acara besutan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia tersebut.
Ia melanjutkan bahwa fitur challenge dan batasan waktu yang singkat menjadi keunggulan yang dapat menarik minat pengguna. “Jika untuk membaca karya tulis perlu adanya pendahuluan, video panjang. Namun, kalau TikTok langsung ke intinya dalam hitungan detik,” tuturnya.
Melalui ruang temu Zoom dan streaming Youtube, dosen departemen Ilmu Komunikasi Unair itu mengatakan bahwa algoritma yang akan menampilkan video serupa dari reference video yang telah dilihat dan disukai juga menjadi fitur unggulan dari media asal China itu. “Ini yang saya rasa menjadi kekuatan dari TikTok sehingga engagement-nya bisa besar,” tambah Irfan.
Irfan berpendapat, melalui fitur yang dimilikinya, platform yang diluncurkan pada September 2016 silam ini mampu membuat sebuah tren yang menarik. Seseorang yang biasanya harus menghabiskan banyak waktu, kini hanya perlu menghabiskan 15 hingga 60 detik untuk mendapat inti atau resume dari informasi melalui platform yang memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan ini.
Didukung dengan berkembangnya konsep instan dan pragmatisme di masyarakat, fitur ini mampu memenuhi kebutuhan dan akhirnya berkembang pesat. “Dibarengi dengan banyaknya pengguna aktif, dan keinginan TikTok untuk terus memahami keinginan audiens, fenomena ramainya penggunaan platform ini diprediksi akan tetap bertahan dalam beberapa waktu mendatang,” pungkasnya.
Unair merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia yang senantiasa berkiprah dan mencari solusi terhadap berbagai masalah di masyarakat. Untuk mengetahui lebih jauh kiprah mahasiswa dan alumni Unair lainnya, kunjungi laman unair.ac.id. (*)