Universitas Airlangga (Unair) memboyong banyak penghargaan pada Anugerah Hak Kekayaan Intelektual Produktif dan Berkualitas Tahun 2020 Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Ristek/BRIN).

Selain meraih peringkat pertama pada institusi terproduktif bidang non kesehatan dan obat serta peringkat ketiga sebagai institusi terproduktif bidang kesehatan dan obat, salah satu dosen Unair meraih penghargaan sebagai penulis utama terproduktif bidang sosial dan humaniora.

Pengumuman penghargaan yang disampaikan Rabu (18/11/2020) secara luring di Hotel Westin, Jakarta, dan secara daring melalui Zoom serta siaran langsung Youtube Kemenristek/BRIN tersebut, menempatkan Iman Harymawan SE MBA PhD sebagai penulis utama terproduktif bidang sosial dan humaniora bersama sivitas Unair lainnya Prof Dr Anis Eliyana SE MSi yang menempati posisi ketiga.

Iman mengatakan, penghargaan tersebut bukanlah kerja keras yang ia lakukan sendiri. Dalam melakukan penelitian, diperlukan mentor yang bisa menjadi pembimbing sekaligus contoh selama proses riset.

“Untuk memulai riset diperlukan seorang mentor. Terlebih mentor yang memiliki kapasitas dan berwawasan global. Selain itu, mentor yang menjadi pembimbing harus memiliki kualitas riset yang bagus,” ujarnya.

Iman yang kini menjabat sebagai Ketua Airlangga Global Engagement (AGE) Unair itu juga menjelaskan, dengan melihat mentor bekerja atau melakukan proses riset, sedikit banyak ia bisa belajar cara menangani banyak riset dengan waktu yang bersamaan. Termasuk cara memanajemen mitra riset, baik dari dalam maupun luar negeri.

Optimalkan dana hibah

Selain peran mentor, dalam memaksimalkan kualitas dan kuantitas riset, Iman mengatakan bahwa cara selanjutnya ialah dengan memanfaatkan dana hibah. Menurutnya, dana hibah yang diterima dari Unair, Kemenristek, maupun dari banyak pihak di luar negeri bisa dioptimalkan untuk menunjang riset. Salah satunya digunakan untuk memberikan beasiswa bagi mahasiswa S-2.

“Kenapa memberikan beasiswa untuk mahasiswa? Karena kalau kami mencari staf yang sedang tidak studi, waktunya hanya singkat. Oleh karena itu, dengan menyekolahkan mahasiswa, kami bisa saling kolaborasi untuk riset dan mendorong agar produktivitas penelitian lebih banyak lagi. Itu sebabnya, saya tidak klaim prestasi ini hanya karya saya, tetapi karena dukungan banyak pihak,” imbuhnya.

Iman juga menegaskan, penelitian adalah sebuah proses kolaborasi. Baik dengan institusi, mitra dari dalam atau luar negeri, maupun mahasiswa. Baginya, dengan kolaborasi para peneliti bisa saling mengisi kekurangan satu dengan yang lainnya.

“Untuk itu, saya harap para peneliti di Unair bisa memaksimalkan kolaborasi dengan banyak pihak. Bahkan, mahasiswa kita, karena mahasiswa yang kita memiliki adalah aset penting untuk mendorong kualitas dan kuantitas riset,” pungkasnya.