Sebagai tenaga pengajar sekaligus orang yang berkecimpung dalam dunia kesehatan, dr Moh Nurdin Zuhri SpM tak ingin tinggal diam saat melihat kesenjangan pendidikan. Utamanya pendidikan kesehatan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

“Saya ingin ikut berperan dalam pemerataan pendidikan. Sebab, kalau melihat kota-kota besar, seperti Surabaya, sumber pengetahuannya melimpah. Coba kalau daerah-daerah lain atau luar pulau? Masih ada yang belum bisa mengakses pendidikan,” ungkap Nurdin.

Untuk itu, Nurdin mencoba membuat inovasi berupa aplikasi belajar berbasis daring yang ditujukan bagi mahasiswa maupun kalangan profesional dari Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Fakultas Keperawatan (FKp), dan pendidikan kebidanan.

“Namanya KulOn, singkatan dari Kuliah Online. Pada tahap awal ini, kami masih menyasar mahasiswa kesehatan saja,” ujar dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) itu.

Nurdin bersama timnya mulai membuat KulOn sejak 2018. Meski belum lama dirilis, aplikasi itu telah menyediakan banyak fitur, antara lain video, bahan ajar, latihan soal, sampai try out yang disesuaikan dengan kurikulum di FK, FKG, FKp, serta kebidanan.

“Kemudian, ada fitur workshop yang menampilkan berbagai video tentang skill khusus. Contohnya, cara menjahit bagian tubuh dan tutorial masuk ke ruang operasi,” tambahnya.

Selain fitur belajar, KulOn mewadahi para dosen maupun organisasi profesi jika ingin membuat acara seminar daring, terutama pada masa pandemi, yang dapat diakses siapa saja.

Agar materi yang disampaikan dapat diterima, aplikasi KulOn mengusung pembelajaran dengan konsep audio visual. “Materinya juga benar-benar kita saring dan disampaikan secara ringkas. Durasi materinya sekitar tujuh menit, sehingga lebih efektif,” tutur Nurdin.

Dosen FK UNAIR Ciptakan Media Pembelajaran Daring.

Tak hanya kalangan dokter atau tenaga kesehatan, dalam beberapa kesempatan, KulOn juga pernah menyelenggarakan segmen lain yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. “Kalau program untuk masyarakat umum, namanya Expert Sharing. Ternyata, responsnya bagus, yang hadir ada 1.000 orang. Bahkan, diskusinya sampai harus kita stop,” katanya.

Untuk menggaet lebih banyak pengguna, Nurdin menjelaskan, KulOn memberikan sejumlah fasilitas, seperti voucer, kode referral untuk member, hingga poin. Namun, ia mengakui bahwa timnya kerap mengalami kendala selama proses mengembangkan KulOn.

“Karena membuat aplikasi itu kompleks. Pengerjaannya lama karena memerlukan kolaborasi dari banyak pihak. Kadang, menurut kita aplikasinya sudah oke, tapi waktu di-trial dalam bentuk prototipe, persepsi pihak lain berbeda,” urai Nurdin.

“Biasanya, komentar yang paling sering dari pengguna, aplikasinya lambat. Oleh karena itu, kami terus melakukan update server serta membenahi hal yang kurang,” sambungnya.

Saat ditanya target ke depan, Nurdin mengatakan bahwa dirinya berniat menggandeng organisasi profesional, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), perhimpunan dokter spesialis, dan pihak terkait untuk melakukan penyesuaian kurikulum.

“Sekarang, aplikasi KulOn sudah ada versi iOs maupun Android. Sudah diunduh oleh lebih dari 2.800 orang. Mungkin, dalam waktu dekat, kami ingin juga ingin mencoba merambah bidang lain di luar pendidikan kesehatan, seperti ekonomi dan bisnis,” pungkas Nurdin. [*]