Penguatan implementasi program Kampus Merdeka: Merdeka Belajar yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dilakukan Universitas Airlangga (Unair) dengan berbagai langkah. Unair menandatangani memorandum of understanding (MoU) bersama dengan Universitas Surabaya (Ubaya), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), dan Universitas Brawijaya (UB) pada Jumat (20/11/2020).

MoU yang diinisiasi Ubaya itu mengangkat tema “Pertemuan 20 November Menuju Insan Pembelajar Merdeka, Kreatif, dan Berdaya Saing”. Hadir dalam seremonial daring itu, jajaran pimpinan dan Rektor Ubaya Ir Benny Lianto MMBAT, Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak, Kasubdit Kerja Sama ITS Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng, serta Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr drh Aulanni’am DES.

Benny dalam sambutannya menyebut kerja sama itu sebenarnya sejak lama terjalin antar-universitas. Penandatanganan itu menjadi tonggak penguatan serta perluasan kerja sama. Terutama terkait dengan implementasi kurikulum Kampus Merdeka: Merdeka Belajar serta antarkampus

“Misalnya, memberikan kesempatan mahasiswa Unair untuk datang (belajar) ke Ubaya. Sebaliknya mahasiswa Ubaya datang ke Unair. Termasuk ke kampus ITS, ke UB. Begitu pun mahasiswa ITS dan UB ke Ubaya,” ucapnya.

Penandatanganan tersebut, lanjut Benny, diharapkan segera ditindaklanjuti setiap universitas. Bahkan, diharapkan sampai pada tingkat fakultas masing-masing. Selain itu, segera masuk tahap PKS (perjanjian kerja sama) untuk jangka waktu yang panjang atau berkelanjutan.

“Oleh karena itu, ini membuat persaudaraan kita yang lama menjadi lebih kuat lagi. Untuk saling berkolaborasi lebih luas lagi dalam hal Tri Dharma Perguruan Tinggi,” ungkapnya.

Sementara itu, Prof Nasih mengapresiasi inisiasi Ubaya terkait penguatan implementasi Kampus Merdeka: Merdeka Belajar itu. Dalam paparannya, ia menilai MoU ini merupakan satu kesempatan baik yang mesti dimanfaatkan semua pihak.

“Kampus Merdeka memerlukan mobilitas yang tinggi bagi antar kampus, termasuk dengan industri. Tentu hal ini akan banyak berperan dalam membentuk kompetensi dan keterampilan para mahasiswa kita,” katanya.

Menurut Prof Nasih, perguruan tinggi tidak cukup hanya bisa mengandalkan sumber daya sendiri. Mengingat setiap kampus pasti memiliki kekurangan dan kelemahan. Di sisi lain, setiap kampus juga pasti memiliki keunggulan masing-masing.

“Saling menutup kelemahan dan saling memberikan keunggulan masing-masing menjadi hal yang baik untuk kita bisa mewujudkan dalam kampus merdeka,” sebutnya.

Prof Nasih mencontohkan bentuk kerja sama yang dapat dijalin ke depan berupa join research dan join publications. Sementara untuk mahasiswa, kerja sama tersebut bisa terkait dengan aktivitas magang, KKN, dan pengembangan soft skill. Berikutnya dalam kesempatan lain, antar-universitas saling bertukar mahasiswa yang berbeda secara simultan.

“Unair tidak bisa bekerja secara optimal tanpa adanya kerja sama dengan alumni, jejaring, dan banyak pihak. Kita harus saling bantu, menolong, dan bergotong royong. Menyiapkan generasi yang lebih unggul dan maju, bisa kita wujudkan secara bersama-sama,” pungkasnya. [*]