Presiden Jokowi baru saja mengganti enam menterinya. Merespons hal itu, dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga (FISIP Unair), Fahrul Muzaqqi SIP MIP menilai keenam sosok yang dilantik pada Rabu (23/12/2020) itu sudah cukup sesuai dan mewakili harapan publik.

Dinilai dari segi kompetensi, dosen kelahiran Jepara itu melihat keenamnya memiliki kualitas yang mumpuni. Kualitas yang dimaksud yakni pengalaman atau track record, kemampuan leadership, dan komitmennya.

Meski begitu, Fahrul menyebutkan, masih ada beberapa menteri yang secara keahlian khusus belum terlihat. Dosen mata kuliah Elite Politik tersebut mencontohkan salah satunya Tri Rismaharini yang memiliki background sebagai Wali Kota Surabaya. Menurut Fahrul, Risma tidak memiliki keahlian spesifik untuk menduduki kursi Menteri Sosial (Mensos).

“Namun, bukan berarti beliau (Tri Rismaharini) tidak mumpuni karena yang dibutuhkan adalah kemampuan leadership dan komitmen dalam menjalan program-program prioritas presiden,” tekannya.

Tidak menguasai bidang selinier

Terpilihnya Budi Gunadi sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) dengan background ilmu bukan dari rumpun kesehatan, sempat menjadi pro-kontra masyarakat. Fahrul menilai hal itu akan menjadi tantangan tersendiri ke depan. Namun, dia menyebutkan tantangan tersebut bisa di-back up oleh tenaga ahli yang ada di Kementerian Kesehatan.

Kemampuan yang penting untuk dimiliki, terutama dalam penanganan pandemi, sambung Fahrul, adalah kemampuan manajerial yang cepat, sesuai target, dan berbasis data.

“Menurut saya, terpilihnya Budi sangat disesuaikan dengan kondisi saat ini, yaitu menteri perlu mengambil keputusan cepat, efektif, sesuai data, dan leadership yang bagus. Asal semua itu terpenuhi, tidak masalah kalau bukan dari ranah kesehatan,” jelasnya.

Stabilitas politik

Ditanya perihal bergabungnya Sandiaga Uno dalam kabinet menteri, dosen yang lahir pada 7 Oktober 1983 itu menyampaikan, hal tersebut menjadi ciri tersendiri bagi kepemimpinan Jokowi yang mengakomodasi atau merangkul semua elemen politik demi stabilitas.

Menurut Fahrul, dua hal penting yang dibutuhkan saat pandemi adalah stabilitas politik dan ekonomi. Dengan masuknya Sandiaga yang diketahui sebelumnya merupakan rival Jokowi saat pilpres, diharapkan mampu meredam kegaduhan politik.

“Kalau secara politik terjadi gonjang-ganjing atau ekonomi mengalami krisis, ya, bahaya bagi pemerintahan,” tambahnya.

Meski memiliki sisi positif, Fahrul menjelaskan keputusan itu memiliki sisi kelemahan yakni pihak oposisi menjadi kecil dan lemah. Lemahnya oposisi dianggapnya bisa menyebabkan berkurangnya kritik terhadap segala kebijakan pemerintah.

Kemungkinan “reshuffle” jilid dua

Fahrul melihat, tidak tertutup kemungkinan beberapa bulan ke depan Jokowi melakukan reshuffle kembali terhadap beberapa menterinya. Menurut Fahrul, saat ini, Presiden sedang dalam masa mempertimbangkan atau mengevaluasi terhadap beberapa kursi kementerian lainnya.

“Sementara ini, enam kursi yang diganti adalah yang paling urgen. Kalau terlalu banyak yang diganti, nanti berisiko terhadap macetnya pelaksanaan program,” terangnya.

Terakhir, Fahrul berharap enam menteri yang baru saja dilantik dapat bekerja secara akselerasi atau cepat, terutama dalam menangani pandemi Covid-19. [*]