Pada penghujung 2020, Universitas Airlangga (Unair) kembali menggelar pengukuhan guru besar. Kegiatan Sidang Terbuka Universitas Airlangga dalam Pengukuhan Guru Besar ini mengukuhkan tiga guru besar baru di lingkungan Unair, digelar Rabu (30/12/2020) di Aula Garuda Mukti Kantor Manajemen Unair.

Mereka adalah Prof Dr Nike Hendrijantini drg MKes SpPros(K), guru besar dalam bidang Ilmu Prostodonsia di Fakultas Kedokteran Gigi; Prof Dr Titiek Berniyanti MKes, guru besar dalam bidang Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat di Fakultas Kedokteran Gigi; dan Prof Tjitjik Srie Tjahjandarie Dra PhD, guru besar dalam bidang Ilmu Kimia Organik pada Fakultas Sains dan Teknologi.

Dalam kesempatan itu, Rektor Unair Prof Dr Moh Nasih SE MT Ak CMA mengatakan, dalam banyak hal guru besar dianggap sebagai titik kulminasi dalam karier akademik. Namun, sebagai akademisi, sesungguhnya guru besar adalah permulaan dari sebuah perjalanan panjang ke depan.

“Karena melalui guru besar, baru memulai tahap permulaan yang baru dianggap sah disebut dengan cendekiawan, di samping doktor. Jabatan guru besar memiliki kebijakan dan bekal ilmu pengetahuan yang dipunyai,” tandasnya.

Tidak hanya itu, Prof Nasih juga menekankan bahwa seorang cendekiawan memiliki tugas yang tidak ringan. Cendekiawan harus terus-menerus mengembangkan ilmu yang dimiliki dan memanfaatkan ilmu untuk kemajuan bangsa dan negara serta kesejahteraan umat.

Rektor juga berharap para guru besar bisa terus mengembangkan ilmu di bidang masing-masing untuk kemaslahatan umat manusia. Para akademisi, sambungnya, sangat optimistis dan berbangga untuk terus meraih hal-hal yang sejak awal dicitakan berdasarkan moral dan agama.

“Tidak cukup mengembangkan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga harus memilih dan memilah ilmu pengetahuan yang harus mempunyai makna, haruslah mempunyai manfaat, haruslah mempunyai fungsi untuk kesejahteraan, dan kemuliaan peradaban. Harus sungguh-sungguh bagi seorang profesor,” ungkapnya.

3 guru besar baru

Tercatat ada tiga guru besar baru yang menyampaikan masing-masing orasi dengan fokus kesehatan. Pertama, Prof Nike menyampaikan orasi ilmiah “Regenerasi Jaringan, Masa Depan Restorasi Gigi dalam Upaya Peningkatan Kualitas Kesehatan Wanita”. Dia menawarkan suatu konsep penggantian gigi dan jaringan maksilofasial yang hilang atau terbentuk tidak sempurna dengan alat tiruan atau protesa yang kompatibel dengan tubuh.

Kedua, Prof Titiek membawakan orasi terkait “Kesehatan Lingkungan dan Perawatan Gigi di Masa Pandemi”. Dijelaskan bahwa kajian aspek-aspek dari kesehatan lingkungan diharapkan akan menciptakan suatu lingkungan sehat bagi populasi yang ada di dalamnya dengan menggunakan lima teori yang ada.

Ketiga, Prof Tjitjik memaparkan orasi “Bioprospek Tanaman Endemik Indonesia Timur sebagai Sumber Penemuan Kandidat Obat dalam Upaya Peningkatan Ketahanan Kesehatan”. Dalam pengembangan obat, keberhasilan untuk mendapatkan senyawa aktif dari bahan alam tentunya harus diawali dengan proses penyeleksian tumbuhan obat yang memiliki potensi tinggi sebagai kandidat obat, seperti obat kanker dan malaria. [*]