Minat dan popularitas wisata dan olahraga alam Nusantara, seperti mendaki gunung, kian meningkat. Sayangnya, hal ini masih kurang diimbangi dengan pengetahuan kesehatan dan keselamatan pendakian.

Berangkat dari hal itu, Reyner Valiant Tumbelaka yang merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) angkatan 2007 tergerak untuk membangun platform edukasi yang dinamai @dokterpendaki. Reyner—sapaan akrabnya—mengaku bahwa hal itu berawal ketika menjalankan hobinya di bidang mountaineering dan mendapati peristiwa yang miris.

“Pembangunan infrastruktur dan fasilitas di berbagai taman nasional serta promosi pariwisata Indonesia, berimbas pada peningkatan jumlah pendaki. Namun, angka kecelakaan hingga kematian saat pendakian juga semakin meningkat,” jelasnya.

Sebenarnya, sambung Reyner, hal tersebut tidak akan terjadi jika para pendaki dibekali dan diedukasi dengan pengetahuan yang tepat tentang kedokteran pendakian yang berbasis ilmiah. Sejauh ini, belum ada platform edukasi yang khusus membahas tentang kedokteran pendakian di Indonesia, dibahas oleh para profesional yang bisa dipahami oleh siapa saja.

Dalam platform tersebut, Reyner berusaha untuk mengedukasi perihal pencegahan hingga penanganan korban ketika dalam pendakian. Mulai dari yang umum, seperti rawat luka, penanganan keram, luka bakar, bantuan hidup dasar, hingga yang spesifik seperti acute mountain sickness maupun transportasi korban di tengah pendakian.

Bersama rekannya, yakni dr Clarissa Azalia, Reyner mengemasnya dalam bentuk post linimasa, Instastory, hingga webinar via Zoom dan live Instagram. Tak tanggung-tanggung, pematerinya merupakan dokter-dokter spesialis dari berbagai kota di Indonesia yang concern sesuai topik, maupun pendaki profesional yang sudah mencapai tujuh puncak tertinggi dunia.

Tangkapan layar platform @dokterpendaki di Instagram. (Foto: Dok. Pribadi)

“Masyarakat dapat mengakses platform kami dengan mengikuti akun Instagram @dokterpendaki,” sahutnya.

Reyner mengaku bahwa dia mengawali pembangunan platform tersebut pada Agustus 2020. Dipilihnya Instagram sebagai wadah karena target utamanya adalah awam, pendaki amatir, atau rekreasional yang kerap berselancar di Instagram untuk membagikan foto-foto ciamik ketika pendakian, selfie, hingga pencapaian di puncak pendakian.

“Melalui Instagram, kami dapat menjangkau khalayak dengan baik. Selain itu, instagram merupakan salah satu sosial media yang memiliki jumlah member aktif paling banyak,” imbuhnya.

Dalam kurun 4 bulan, platform @dokterpendaki berhasil menggaet 8.000 pengikut aktif, dan pendaftar webinar lebih dari 400 orang setiap topiknya. Antusiasme masyarakat untuk menimba ilmu kesehatan pendakian tersebut melebihi ekspektasi Reyner.

“Tantangannya waktu dan tenaga, membangun platform ini butuh konsistensi,” ungkapnya.

Ke depan, Reyner mengaku hendak mengembangkan kanal YouTube dan situs web sebagai langkah lanjut untuk mewadahi masyarakat dalam belajar. Dia berharap akan ada sponsor dari pemerintah maupun swasta sehingga dapat menjangkau lebih banyak orang untuk menikmati alam dengan aman dan nyaman. (*)