Akhir-akhir ini, sinetron Ikatan Cinta yang ditayangkan pada salah satu stasiun televisi mendapat perhatian dari masyarakat. Pasalnya, masyarakat menganggap bahwa sinetron tersebut memiliki alur cerita yang menarik dan berbeda dari sinetron lainnya. Bahkan, sinetron itu berhasil memecahkan rekor dengan mencapai rating tertinggi.

Menanggapi hal tersebut, pakar media Universitas Airlangga (Unair) Prof Dra Rachmah Ida MComms PhD mengungkapkan, terdapat tiga alasan sinetron tersebut sangat digemari masyarakat. Menurut Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang akrab disapa Prof Ida itu, adanya sinetron yang tayang di televisi menjadi alternatif hiburan bagi masyarakat di tengah kondisi pandemi yang masih belum usai.

“Masyarakat merasa stres dengan berita-berita tentang Covid-19 atau merasa lelah dan tertekan akibat Covid-19 sehingga masyarakat melakukan pelarian (escaping) dengan mencari tayangan hiburan di televisi,” terangnya, Rabu (27/1/2021).

Alasan kedua sinetron tersebut digemari oleh masyarakat, lanjut Prof Ida, karena tayangan lain di televisi banyak yang bersifat monoton atau seragam. Alasan ketiga, adanya sinetron itu dapat membangun fantasi (mimpi) bagi masyarakat yang saat ini sedang merasa stres akibat pandemi.

Prof Ida menjelaskan, bila berbicara tentang audiens atau penonton pada konteks kajian media, mereka dinilai sebagai khalayak yang aktif dalam menerjemahkan sendiri makna teks media (isi sinetron). Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut hanya akan ada satu atau dua orang yang terpengaruh akibat menonton sinetron maupun tayangan televisi lainnya.

“Audiens yang terpengaruh setelah menonton sinetron itu dapat disebabkan karena mereka merasa apa yang ditayangkan memiliki kesamaan dengan kehidupannya, tetapi kemungkinan jumlah audiens yang dapat terpengaruh hanya sedikit,” jelasnya.

Prof Ida berharap, ke depannya, tayangan-tayangan televisi yang ada harus dapat memberdayakan masyarakat, memberikan pencerahan kepada publik, dan memberikan hiburan yang sehat.

Ia juga berpesan kepada masyarakat untuk menjadi penonton yang bijak karena apa yang ada di dalam sinetron hanya rekayasa dan bukan realita. Tidak hanya itu, penonton juga harus smart dan memahami bahwa menonton sinetron hanya sebagai hiburan.

“Jadilah penonton yang bijak, penonton yang tahu bahwa sinetron tersebut hanya sebuah fantasi. Produser pun sebenarnya telah memberikan disclaimer bagi masyarakat pada awal tayangan. Selain itu, masyarakat juga harus smart dalam menonton sebuah sinetron,” tutupnya. (*)