Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST Unair) menerjunkan 6 dosen dan 3 mahasiswa menjadi relawan gempa Mamuju dan Majene, mulai 24 Januari hingga 7 Februari 2021. Para relawan itu mengemban misi menyiapkan peralatan penjernih air untuk para pengungsi.

Moh Nurrahmat Saputra, salah satu mahasiswa yang ikut serta, mengatakan, terdapat empat desa yang menjadi prioritas pemasangan filter. Di antaranya Desa Malunda, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene; Desa Lombong Timur, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene; Desa Mekkaatta, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene; dan Desa Dayangina, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju.

“Sejauh ini, kami menyisir sebanyak 10 desa, untuk kondisi 6 desa, sumber airnya sudah tidak terjadi masalah. Dalam artian, tidak kami prioritaskan untuk memasang instalasi pengolahan air bersih. Namun untuk ke empat desa yang lain, kami prioritaskan,” kata mahasiswa Teknik Lingkungan itu, Jumat (29/1/2021).

Nurrahmat menjelaskan, keempat desa yang menjadi prioritas, sebelumnya mengandalkan sumber air yang kondisinya keruh, berbau, dan sedikit berminyak. Selain sumber air, sambungnya, keempat desa tersebut mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah.

Pemasangan alat filter air dilakukan tim relawan dan dibantu warga lokal pada Minggu (31/01/21).

Pembuatan alat dilakukan secara sederhana, dengan menggunakan alat dan bahan yang terdapat di sekitar daerah terdampak. Media filter yang digunakan adalah pasir dan kerikil yang kemudian disusun secara vertikal dalam ember air. Filter itu disebut roughing filter dan slow sand filter.

Dalam pemasangannya, para relawan dibantu dengan tim Palang Merah Indonesia (PMI) dan warga lokal.  Antusiasme warga sangat tinggi dengan adanya bantuan tersebut karena air bersih sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari.

Dengan dibuatnya alat filter air itu, Nurrahmat berharap dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh warga mengingat air sangat dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari.

“Kami juga memberikan edukasi mengenai filter yang kami buat sehingga para pengungsi nantinya dapat mengatasi masalah air bersih secara mandiri,” pungkas mahasiswa angkatan 2017 tersebut. (*)