Mendapatkan investasi pada masa awal pendirian startup sering kali menjadi fokus utama founder startup. Namun, justru hal tersebut dapat mengakibatkan mereka mengalami mental block.

Dr Achsania Hendratmi SE atau Achsania menjelaskan, sejarah startup di Silicon Valley, banyak yang menggunakan modal sendiri terlebih dulu atau dengan meminjam dana dari pihak lain, seperti keluarga dan teman.

Pada awal menjalankan bisnis para pendiri startup tersebut tidak tergantung dari hadirnya investor. Mereka fokus pada bagaimana produk mereka sesuai dengan target pasar dan diakuisisi serta mendapat revenue.

“Barulah, startup yang sudah siap diakselerasi atau scaling up untuk menjadi lebih besar membutuhkan investor atau venture capital,” jelas Ketua Bidang Inkubator Bisnis dan Teknologi Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inovasi Universitas Airlangga (BPBRIN Unair) tersebut.

Opini bahwa pada tahap awal pendirian startup membutuhkan investor atau pihak yang menanamkan modal dikhawatirkan membuat bisnis tersebut tidak segera dimulai. Achsania menegaskan, pendapat yang menganggap akan sulit mendirikan dan menjalankan usaha karena tidak memiliki modal adalah tidak benar.

Jika startup memang sudah siap untuk diakselerasi dan membutuhkan dana investor, tim startup, khususnya CEO, perlu untuk belajar dari pengalaman dan belajar dari berbagai pihak yang sudah berpengalaman.

Menurut Achsania, ada beberapa cara bagaimana mendapat investor. Yaitu menghadiri business matching, mengikuti berbagai event hackathon, presentasi pitching di depan investor, atau venture capital.

Berbagi pengalaman selama mendampingi startup mahasiswa, Achsania merasa bahwa selama ini ada banyak mahasiswa yang memiliki ide bisnis kemudian mengikuti berbagai skema hibah. Baik hibah internal maupun eksternal seperti lomba-lomba business plan. Namun, yang disayangkan adalah pada ujungnya mereka tidak melanjutkan usaha karena berbagai alasan.

“Jadi, seakan-akan mereka adalah hibahpreneur semata. Hanya mengejar hibah pendanaan, kemudian tidak pure digunakan untuk mengembangkan bisnisnya,” lanjutnya.

Achsania juga merasa mental bahwa bisnis pada awal harus memiliki modal dan mendapatkan investasi, karena jika tidak, bisnis tidak bisa berjalan. Mental tersebut masih menjadi mental block yang umum di mahasiswa.

Oleh karena itu, Achsania menegaskan bahwa hal yang paling penting untuk dimiliki oleh mahasiswa dalam mendirikan startup bukanlah modal, bukan juga link bisnis, melainkan mental, semangat juang tinggi, pantang menyerah, selalu mencari jalan keluar, determinasi tinggi, dan sudah dari awal niat menjadi pebisnis atau pengusaha bukan karena coba-coba.

“Jadi, istilah saya, dalam menginkubasi startup, ada seleksi alam. Jika dari awal memang hanya coba-coba atau ikut tren, begitu muncul permasalahan di jalan, langsung menyerah dan berhenti, memilih menjadi karyawan atau menjadi pegawai yang lebih dianggap aman atau secure,” katanya.

Sivitas akademika Unair telah banyak menelurkan perusahaan rintisan. Simak beberapa di antaranya di unair.ac.id.