Dilansir dari Tobacco Atlas, Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah konsumsi rokok terbanyak di dunia. Yaitu 173 miliar batang pada 2006 dan meningkat secara signifikan menjadi 316 miliar batang pada 2018. Dengan jumlah yang fantastis tersebut, paparan asap rokok telah mengancam 75 persen penduduk Indonesia sebagai perokok pasif.

Materi yang disampaikan oleh Arie Soeripan dari Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) Jawa Timur dalam acara ICCD 2021. (Foto: Erika Eight Novanty)

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) Dr Siti Rahayu Nadhiroh SKM MKes mengungkapkan, rokok diketahui menjadi faktor risiko utama empat penyakit tidak menular paling banyak. Di antaranya pembuluh darah, diabetes, kanker, penyakit paru obstruktif kronis, hingga penyakit jantung.

Presentasi yang dilakukan oleh dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) Dr Siti Rahayu Nadhiroh SKM MKes dalam acara ICCD 2021 pada Selasa (22/02/2021). (Foto: Erika Eight Novanty)

Nadhiroh menambahkan, rokok juga mampu mengakibatkan gangguan proses kognitif pada otak bagian depan. Atau, yang dalam bahasa medis disebut prefrontal cortex.

“Semakin lama menjalani kebiasaan rokok, maka semakin luas penurunan fungsi prefrontal cortex. Ini bersifat progresif dan dibawa hingga dewasa,” katanya, Selasa (22/2/2021), dalam acara ICCD 2021 yang digagas oleh Riset Grup Tobacco Control FKM bersama Tobacco Control Support Center (TCSC) IAKMI.

Ia juga menyebut, asap rokok menjadi ancaman bagi tumbuh kembang balita. Menurut Nadhiroh, keberadaan kadmium dalam asap rokok dapat mengganggu keseimbangan kadmium-zinc dan kadmium-kalsium dalam tubuh. Oleh karena itu, mengakibatkan hambatan pembentukan tulang dan memperlambat pertumbuhan panjang badan.

Pemaparan materi yang dilakukan oleh Dosen FKM Unair Dr Siti Rahayu Nadhiroh SKM MKes dalam acara ICCD 2021, Selasa (22/2). (Foto: Erika Eight Novanty)

“Paparan asap rokok, baik selama masa kehamilan maupun selama masa tumbuh kembang anak, berhubungan dengan risiko stunting. Khususnya pada negara dengan pendapatan menengah ke bawah,” terangnya.

Lantas, mengapa asap rokok berbahaya bagi kesehatan? Arie Soeripan dari Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) Jawa Timur menjelaskan, asap yang dihirup oleh perokok pasif turut menyerap lebih dari 4.000 senyawa kimia. Sebanyak 250 jenis di antaranya dikenal sangat beracun. Parahnya, lebih dari 50 jenisnya ini dapat memicu kanker.

“Terlebih lagi, paparan asap rokok tidak melalui filter. Sehingga menyebabkan gangguan kesehatan bagi yang terpapar,” ujarnya.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunai (WHO) memperkirakan setidaknya terdapat 8 juta kematian yang disebabkan oleh asap rokok. Sebanyak 1,2  juta kasus di antaranya terjadi pada perokok pasif.

Menurut Arie Soeripan, terdapat sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk menghindari paparan asap rokok. Di antaranya dengan tidak berada di sekitar orang yang merokok dan menggunakan masker.

Mengonsumsi air putih juga dianjurkan untuk membersihkan tenggorokan dan saluran pernapasan dari asap rokok. Selain itu, mengganti pakaian yang terpapar asap rokok.

Sebagai tambahan informasi, diskusi mengenai paparan asap rokok tersebut digelar oleh FKM Unair Bersama TCSC IAKMI. Tepatnya dalam rangka memperingati Hari Kanker Anak Sedunia yang jatuh pada Senin (15/2).

Unair selalu berpartisipasi dalam segala usaha yang mendukung kesehatan masyarakat dan lingkungan. Informasi selengkapnya seputar Unair dapat dilihat di unair.ac.id.