Siaran pers yang dilaksanakan oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono pada 2 Maret 2021 mengonfirmasi bahwa telah ditemukan mutasi virus Corona SARS-CoV-2 yang bernama Strain B117 di Indonesia. Adanya penemuan kasus mutasi baru tersebut membuat masyarakat khawatir.

Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Dr M Atoillah Isfandiari dr MKes pada Kamis (18/3/2021) mengatakan, diketahui dari kasus yang ada di luar negeri, Strain B117 tidak meningkatkan severitas atau keparahan yang ditimbulkan. Namun, dari penelitian secara in-vitro, didapati potensi peningkatan penularan sebesar 40 hingga 80 persen.

Dengan begitu, Atoillah mengatakan, upaya antisipasi harus lebih terfokus pada pencegahan potensi  peningkatan penularan di hulu, bukan pada antisipasi peningkatan keparahan gejala di hilir atau di rumah sakit. Pasalnya, gejala yang dilaporkan beberapa pasien dominan demam dan batuk yang selama ini gejalanya kurang lebih dengan Covid-19 pada umumnya.

Wakil Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu menuturkan, untuk Indonesia sendiri, penemuan kasus Strain B117 lebih banyak dikarenakan adanya penelitian laboratorium, yang pada sampel darah pasien dilakukan sequencing atau pengurutan utas RNA-nya dan hal tersebut bukan merupakan pemeriksaan rutin.

Dalam sequencing, RNA virus dibaca semua (whole genome), tidak sekadar mendeteksi positif atau negatif,” terang Ato.

Baginya, sequencing menjadi salah satu cara tepat untuk mendeteksi adanya penularan Strain B117 di Indonesia. Hanya saja, dalam upaya testing yang lebih masif, tidak semua sampel pasien di Indonesia bisa dilakukan sequencing dan sequencing sendiri membutuhkan biaya yang besar.

Ato menuturkan infeksi dari suatu mutasi virus bisa dicegah oleh vaksin yang ada atau tidak tergantung letak dan bentuk mutasinya. Karena pada prinsipnya, mutasi virus tersebut berpengaruh terhadap penyusunan RNA dalam yang nantinya diharapkan akan bisa dikenali oleh antibodi dalam tubuh yang dihasilkan dari vaksinasi tersebut.

“Karena tubuh kita diajari vaksin untuk mengenali utas RNA tertentu dan bila ternyata virus ini (SARS-CoV-2, Red) mutasi, selama mutasi itu tidak mengubah utas RNA yang akan dikenali oleh antibodi kita, mutasi apa pun dan di mana pun, tubuh kita akan tetap bisa mengenali dan mencegahnya untuk bereplikasi dalam tubuh kita,” jelasnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, para pakar virologi mengasumsikan bahwa vaksin yang ada saat ini masih efektif mencegah infeksi yang disebabkan SARS-CoV-2 Strain B117.

Unair sebagai salah satu universitas unggulan di Indonesia sangat peduli pada kondisi kesehatan masyarakat. Kiprahnya dalam dunia kesehatan dapat diikuti dengan mengunjungi unair.ac.id. (*)