Mudahnya akses pada informasi dan maraknya edukasi mengenai perencanaan keuangan dan investasi membuat tidak sedikit pemuda yang tertarik mempraktikkannya di dunia nyata. Memperhatikan euforia tersebut, Dr Wisudanto SE MM CFP ASPM memberikan beberapa tips kepada pemula dan mahasiswa dalam memulai investasi.

Pilih instrumen investasi yang sesuai

Terdapat berbagai macam bentuk dan produk investasi. Terdapat investasi di sektor real seperti tanah, rumah, dan apartemen. Selain itu, investasi melalui perbankan dan pasar modal. Investasi melalui perbankan bentuknya bisa berupa deposito. Sementara itu, pasar modal asetnya bisa berupa sekuritas.

“Apabila ingin investasi di pasar modal, perlu belajar lebih banyak terlebih terkait risikonya, baik risiko dalam dimensi waktu, return, maupun aset,” terang Wisudanto, pakar manajemen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair).

Namun, apabila ingin berinvestasi di pasar modal, uang yang digunakan haruslah uang yang tidak akan digunakan dalam kurang dari satu tahun. Jangan menggunakan uang jangka pendek, seperti uang untuk membayar kuliah.

Investasi di pasar modal sifatnya tidak liquid. Tidak ada yang bisa menggaransi bahwa dengan membeli saham hari ini, harganya akan tetap pada esok hari.

“Perlu diperhatikan bahwa jika berinvestasi di pasar modal sifatnya jangka panjang, lebih dari satu tahun bahkan bisa seumur hidup perusahaan karena dengan berinvestasi artinya kita memiliki sebagian dari perusahaan,” jelasnya.

Wisudanto juga tidak merekomendasikan praktik trading bagi seseorang yang menganut prinsip syariah. Hal tersebut karena trading mentransaksikan sesuatu tanpa dasar yang jelas dan sifatnya spekulasi. Sementara itu, transaksi harus memiliki dasar yang jelas baik dari sisi keilmuan ataupun kebutuhan.

Pahami produk

Sebelum memutuskan untuk membeli instrumen investasi, seseorang juga perlu memahami produk yang akan dibeli tersebut. Sebagai contoh, apabila investasi di pasar modal, seseorang harus paham sebelum membeli sebagian saham dari suatu perusahaan atau emiten yang ada di pasar modal tersebut. Seperti mengetahui produk apa saja yang dijual oleh perusahaan tersebut atau dari mana saja sumber pemasukan perusahaan, serta bagaimana proses bisnisnya.

Terlebih apabila ingin berinvestasi secara syariah di pasar modal. Selain mengetahui sumber pemasukan perusahaan juga perlu dicari tahu apakah perusahaan atau emiten tersebut terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES) OJK. Untuk menghindari investasi bodong, perlu banyak literasi.

“Jangan terburu-buru investasi, perbanyak literasi, pahami aset dan produk, ikut seminar yang diselenggarakan oleh lembaga yang sesuai agar lebih jelas,” lanjutnya.

Cek keabsahan lembaga

Kemudian, sangat penting melakukan cek keabsahan lembaga untuk berinvestasi. Pastikan lembaga tersebut memiliki izin oleh pihak yang berwenang sebagaimana diatur dalam undang-undang. Sebagai contoh, apabila ingin membeli tanah, sebaiknya pergi ke notaris agar dibantu dalam memastikan keabsahan kepemilikan tanah. Jika ingin investasi di pasar modal, serahkan pada ahli pasar modal seperti Bursa Efek Indonesia.

“Untuk cek keabsahan izin lembaga, pergi ke instansi yang berwenang untuk minta petunjuk sesuai aspek legal dari lembaga untuk investasi,” ucap Wisudanto.

Analisis jangka panjang

Sebelum berinvestasi di pasar modal, analisis dulu beberapa hal terkait emiten yang akan dibeli sahamnya. Terdapat banyak rasio yang harus dianalisis, di antaranya adalah return of investment (ROI) dan return of equity (ROE). Sederhananya, ROE dan ROI adalah tingkat keuntungan yang bisa diperoleh dari satuan rupiah yang ditanamkan dalam perusahaan.

“Selain itu, yang paling penting ketika membeli saham perusahaan adalah mempertimbangkan future value,” jelasnya.

Future value adalah nilai atau potensi perusahaan di masa depan. Sebagai contoh, mungkin saat ini, harga saham dari perusahaan yang memperdagangkan nikel masih murah, misal Rp 2.800 per lembarnya. Namun, karena banyaknya kebutuhan pembuatan baterai seperti untuk laptop, ponsel, dan mobil listrik, beberapa tahun kemudian harga saham dari perusahaan yang memperdagangkan nikel menjadi Rp 8.000 per lembarnya.

Perbanyak belajar, perbanyak membaca

Wisudanto menegaskan bahwa hal yang paling berharga adalah waktu. Oleh karena itu, ketika masih muda, investasikan waktu untuk masa depan yang lebih baik. Manfaatkan waktu dengan baik, dengan banyak membaca untuk bekal pada masa mendatang.

“Manfaatkan waktu yang sekarang dimiliki, usia tidak akan kembali lagi, banyak belajar, banyak membaca, khususnya hukum-hukum Allah untuk kemaslahatan umat pada masa mendatang adalah investasi yang paling berharga,” pungkasnya.

Unair merupakan salah satu universitas terbaik yang sangat peduli pada perkembangan perekonomian di Nusantara. Untuk mengetahui tips lain dari pakar ekonomi bisnis Unair, kunjungi unair.ac.id. (*)