Universitas Airlangga (Unair) menerima hibah dari Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat. Dana hibah itu ditujukan untuk membangun Academic Writing Center (AWC) dalam rangka membantu sivitas akademika Unair agar dapat menghasilkan tulisan akademik bahasa Inggris yang bernas dan layak publikasi.

Terdapat tiga lembaga Unair yang berkolaborasi untuk mengikuti kegiatan tersebut, yaitu Pusat Bahasa dan Multibudaya (Pusbamulya),  Lembaga Inovasi, Pengembangan Jurnal, Penerbitan dan Hak Kekayaan Intelektual (LIPJPHKI), serta American Corner.

“Berangkat dari penawaran hibah yang bernama US Embassy Jakarta 2021 Academic Writing Center (AWC) Support Funds Program oleh Kedubes Amerika Serikat, kami membuat proposal dengan judul Writing Scholarly Voice @Unair yang bertemakan Memberikan Latihan Terpandu untuk Membangun Kepercayaan Diri dan Meningkatkan Pemikiran Kritis tentang Menulis, dengan tujuan utamanya yaitu everyone can write,” ungkap Prof Diah Ariani Arimbi, SS, MA, PhD selaku Kepala Pusbamulya dan Kepala LIPJPHKI.

Proposal tersebut terkait dengan program AWC yang bertujuan mendukung seluruh sivitas akademika Unair agar menjadi penulis yang lebih percaya diri dan kompeten dalam lingkungan akademik, serta mendorong kompetensi publikasi untuk mahasiswa dan anggota fakultas di Unair.

Program ini juga dapat membangun kerja sama dengan komunitas sarjana Unair dalam setiap proyek penulisan akademik melalui kuliah online dan offline (nantinya) serta dapat berdiskusi untuk mempromosikan keterampilan menulis akademis yang sukses kepada komunitas sarjana Unair dan sekitarnya.

AWC mempunyai tiga program, yaitu writing clinic, writing consultation, dan staff training, yang program tersebut tidak hanya untuk sivitas akademika Unair, tetapi juga alumni, masyarakat akademik, dan lain sebagainya.

“Program ini tidak hanya untuk sivitas akademika, tetapi juga untuk semua orang seperti alumni, masyarakat akademik, dan lain-lain. Ada 3 program yaitu writing clinic, writing consultation, dan staff training. Ke depan diharapkan ini menjadi contoh untuk universitas lain agar membuka AWC yang serupa dan tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing universitas,” imbuhnya yang juga pernah menjadi Dekan FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Unair itu.

Program yang dimulai 1 April 2021–tengah tahun 2022 ini sangat patut untuk dibanggakan karena dari 30 proposal yang masuk, hanya 4 proposal yang terpilih salah satunya adalah Unair.

“Dari 30 proposal, menurut Dr Bradley M Horn , Direktur Regional English Language Office (RELO) dari Kedubes Amerika Serikat Jakarta, 4 universitas terpilih yang mendapatkan hibah yaitu UI, Unair, ITS, dan UNM. Masing-masing mendapatkan sekitar 25 ribu dollar AS untuk menjalankan program ini dengan dibantu oleh Virtual English Language Fellow (VELF) mulai 1 April – Oktober 2021.  Kemudian, AWC sendiri mulai 1 April 2021–tengah tahun 2022,” imbuhnya.

AWC mendapat dukungan yang luar biasa dari Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni, Prof Bambang serta Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Community Development Prof Ni Nyoman. Harapannya program ini dapat membantu Unair dalam mencapai peringkat 300 dunia.

“Program AWC ini dalam rangka menjadi support system Unair untuk mencapai QS World University ranking 300 terutama dalam academic writing and publication,” pungkas Prof Diah.

Unair sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan peran sivitas akademika melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk kemanfaatan masyarakat luas. Untuk mengetahui lebih jauh tentang Unair, klik unair.ac.id. (*)