Universitas Airlangga (Unair) kembali mencatat prestasi mahasiswa tingkat internasional. Mereka adalah Dimas Satrya Sukma Wijaya (FKp), Bethari Ayu A (FISIP), Dea Salsabila Defri (FISIP), Inezia Kartika A (FISIP), Ramadhan Pambayung K (FISIP), dan Anggie Lucca (FISIP). Mereka berhasil meraih penghargaan Best Social Project dalam International Conference, Istanbul Youth Summit (IYS) 2021 Turkey pada Rabu (24/3/2021).

Dalam International Conference Istanbul Youth Summit 2021 Turkey tersebut, Dimas, sapaan akrabnya, dengan timnya mengangkat judul Benerinkuy (platform reparasi barang rusak) yang berhasil meraih atensi besar dari para juri.

Melalui judul tersebut, Dimas dan timnya berusaha membuat suatu inovasi untuk membantu perekonomian bagi jasa reparasi pada masa pandemi Covid-19. Hasilnya, mereka (Dimas dan tim) langsung terjun ke lapangan untuk mencari jasa reparasi di jalanan, kemudian membantu mempromosikan usaha mereka melalui media sosial.

“Untuk jangka pendeknya, kita langsung terjun ke lapangan. kita mencari para jasa reparasi seperti ahli kunci, sol sepatu, reparasi payung, dan lain-lain. Kemudian kita wawancara dengan menanyakan usaha mereka yang terdampak pandemi sehingga dari situ kita mengetahui problematika para jasa reparasi ketika terjadi krisis. Kemudian, kita juga menanyakan identitas serta nomor telepon mereka. Setelah itu, kita coba promosikan lewat media Instagram,” jelasnya.

Untuk jangka panjang, Dimas dan tim berencana membuat sebuah aplikasi untuk mempermudah usaha promosi dari para jasa reparasi, yang harapannya hal tersebut dapat memberikan manfaat bagi pelaku usaha dan masyarakat umum.

“Jadi, proyek itu awalnya kita ingin membuat sebuah mobile application yang konsepnya hampir mirip seperti taxi online. Nah, tapi pada waktu itu, karena keterbatasan waktu dan sumber daya, jadi aplikasi itu hanya kami jadikan blueprint untuk jangka panjang dari proyek yang kami jalankan. Kami berharap dengan adanya aplikasi tersebut masyarakat bisa saling bersimbiosis, pelaku usaha dapat menaikkan omzet mereka, dan masyarakat juga dapat terbantu dengan adanya aplikasi ini, tapi itu masih jangka panjang karena belum ada waktu untuk mengerjakan,” tandasnya.

Ditanya perihal motivasi keikutsertaannya, Dimas bercerita ia awalnya hanya ingin membuka jaringan baru dan menambah pengalaman.

“Awalnya sederhana, mengikuti kompetisi seperti ini itu dapat membuka jaringan baru, menambah teman baru, menambah pengalaman, serta menambah portofolio di CV kita. Selain itu, pada zaman sekarang, kita realistis saja bahwa bekerja itu tidak hanya dinilai dari IP, tapi juga pengalaman dan softskill yang kita miliki,” ujarnya.

Persiapan menuju kompetisi itupun bukannya tanpa tantangan. Memulai projek sosial di kala pandemi dan dengan waktu yang singkat, Dimas dan tim selalu mengadakan rapat setiap minggu dua kali untuk membahas konsep yang akan diusung.

“Waktu itu, kami hanya memiliki waktu dua bulan untuk mengerjakan proyek tersebut. Nah, kami selalu adakan meeting dua kali dalam seminggu untuk membahas konsep yang diusung. Setelah itu, kita tentukan eksekusi apa yang akan kita lakukan di lapangan. Waktu itu, jujur konsepnya itu berubah-ubah karena waktu dua bulan itu waktu yang sangat singkat untuk melakukan proyek sosial,” ungkapnya.

Selain itu, Dimas dan tim berusaha untuk membuat blueprint atau desain dari aplikasi tersebut sehingga dapat dipresentasikan saat konferensi berlangsung.

Perjuangan mereka itu pun terbayar tuntas dengan meraih penghargaan Best Social Project mengalahkan peserta nasional maupun internasional. Melalui raihannya tersebut, Dimas ingin menyampaikan pesan penting bagi mahasiswa untuk selalu memanfaatkan peluang yang ada serta selalu mengembangkan bakat atau kemampuan yang dimiliki agar menjadi potensi yang besar guna mengaktualisasikan diri.

“Ini merupakan bagian dari aktualisasi diri, satu-satunya cara untuk mengejar ketertinggalan yang saya alami adalah mengikuti kegiatan-kegiatan serupa, bukan masalah menang atau kalah, setidaknya kita berusaha untuk memperbaiki diri, kita bersaing dengan kompetitor secara sehat, kalau kita tidak memanfaatkan peluang, peluang tidak akan datang kedua kalinya,” tandasnya.

Konferensi internasional itu sendiri menjadi salah satu gelaran tahunan yang digagas oleh Youth Break the Boundaries (YBB). Tujuannya, membangun jiwa kepemimpinan pemuda pada masa depan, dengan memberikan pendekatan moral dan menitikberatkan pada penanaman nilai-nilai karakter kebangsaan, serta membuka cakrawala baru pendidikan dan budaya internasional bagi generasi muda.

Sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia, Unair mendukung mahasiswanya untuk dapat berprestasi di tingkat nasional maupun internasional, di ranah akademik maupun non-akademik.

Unair sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia berkomitmen mendorong sivitas akademika untuk berkontribusi kepada masyarakat luas. Untuk mengenal Unair lebih jauh, kllik unair.ac.id. (*)