Dua dosen Universitas Airlangga (Unair) mengembangkan aplikasi penghitungan gerak janin bernama Fetal Diary on Movement and Activity Counting (Timang App). Mereka adalah dosen Fakultas Kedokteran Gigi Unair Dr Taufan Bramantoro drg MKes serta dosen Fakultas Kedokteran Unair Manggala Pasca Wardhana dr SpOG(K).

Diluncurkan pada Januari 2021, aplikasi ini ditujukan untuk mengamati aktivitas bayi dalam kandungan pada trisemester ketiga atau 28 minggu. Pengamatan tersebut dilakukan dengan menghitung gerakan janin tiap harinya. Dalam ilmu obstetri, penghitungan frekuensi gerakan janin memang bisa dilakukan oleh semua orang dan dapat menjadi metode untuk mengetahui kondisi kesehatan janin.

Sayangnya, ibu hamil ataupun keluarga sering kali tidak tahu atau kebingungan dalam mempraktikkannya. drg Taufan sebagai salah satu pencetus aplikasi menyebut bahwa fakta akan tingginya angka kematian bayi yang diawali dengan penurunan gerak janin menjadi konsen mereka dalam mengembangkan aplikasi ini.

“Data menunjukkan setiap tahunnya ada 3,2 juta kematian bayi dalam kandungan. Sekitar 55 persen kematian tersebut diawali dengan penurunan frekuensi pergerakan janin yang juga dirasakan oleh ibu. Sayangnya, banyak ibu maupun keluarga yang belum memahami deteksi dini tersebut,” terang Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Gigi Unair tersebut.

Namun, di balik itu semua, Timang App ternyata juga memiliki arti personal bagi Taufan. “Saya kehilangan anak kedua saya saat kandungan istri berumur 9 bulan. Kejadiannya mendadak dan kami bahkan tidak sempat mendeteksinya,” ceritanya.

Hal tersebut yang kemudian membuat drg Taufan menggandeng dr Manggala, dokter obgyn yang dahulu merawat istrinya, untuk mengembangkan Timang App. Keduanya mengembangkan aplikasi ini dengan dana pribadi dan mewakafkannya. Sehingga, pengguna aplikasi ini bebas mengaksesnya di Play Store tanpa ada iklan maupun persyaratan khusus.

Dalam prosesnya, drg Taufan dan dr Manggala didukung oleh Kelola.net, Ruang Praktek, dan Indonesian Health Collaboration and Innovation Institute (IHCI). Meski sempat menghadapi tantangan untuk mengatasi eror dan menjaga kestabilan aplikasi, kedua dosen Unair tersebut bersama dua developer berhasil merampungkan sistem penghitungan dan rekomendasi dalam Timang App.

Penggunaan Timang App pun sangat mudah hanya melalui interface sederhana. Tampilan yang memanjakan mata dengan fitur unggulan seperti reminder, grafik data, laporan harian, histori, hingga artikel-artikel terkait kehamilan menjadi nilai plus dari aplikasi ini.

Dalam kurun waktu empat bulan, aplikasi ini telah menarik 100 pengguna dengan feedback yang cukup positif. Kini, keduanya hanya berharap Timang App akan semakin dikenal masyarakat dan mewujudkan cita-cita mereka untuk berkontribusi pada penekanan angka kematian bayi dalam kandungan.

“Kematian janin mendadak adalah tragedi bagi ibu, keluarga, maupun tim dokter yang menangani. Melalui Timang App, kami harap ibu hamil di luar sana dapat terbantu untuk melakukan penghitungan gerakan janin dan deteksi dini terhadap segala kemungkinan,” tandasnya.

Unair sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia berkomitmen mendorong sivitas akademika untuk berkontribusi kepada masyarakat luas. Simak kiprah Unair dalam unair.ac.id. (*)