Sejak 2016, Universitas Airlangga (Unair) memberikan pendampingan bagi mahasiswa difabel untuk mengikuti seleksi beasiswa ASEAN University Network Disability Public Policy Network (AUNDPPNet).

Beasiswa ini merupakan bagian dari ASEAN University Network (AUN). Beasiswa ini diperuntukkan bagi mahasiswa yang diterima di universitas yang tergabung di AUN dengan bidang studi yang berkaitan dengan S-2 disability public policy.

Prof Dra Myrtati Dyah Artaria MA PhD selaku pendamping penerima Beasiswa AUNDPPNet memaparkan “pendampingan” yang dilakukan bukan dalam artian sebenarnya. Menurut Prof Myrtarti, mahasiswa berkebutuhan khusus merupakan individu yang berusaha mandiri.

“Mahasiswa difabel adalah individu yang selalu berusaha mandiri, jadi mereka sendiri pada umumnya sudah mampu mendaftar sendiri tanpa pendampingan,” ujar Prof Myrtati.

Prof Myrtati melanjutkan, kebanyakan pendampingan yang dilakukan banyak berupa saran dan jembatan untuk berkomunikasi dengan sekretariat AUNDPPNet. Bentuk komunikasi yang biasa dilakukan di antaranya adalah penyusunan proposal biaya yang diajukan dan menghubungkan dengan pihak rektorat terkait pembayaran yang dilakukan oleh AUNDPPnet. Selain itu, pendampingan dilakukan untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan terkait studi dan membutuhkan bantuan dari AUNDPPnet.

“Biasanya saya membantu mahasiswa dalam hal-hal seperti ini karena kalau tidak dibantu menghubungkan dengan AUNDPPnet dan Unair, terjadi kebingungan pada mahasiswa difabel tersebut,” jelasnya.

Dosen yang juga Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) juga menjelaskan bahwa pendampingan ini juga diperlukan karena fasilitas untuk mahasiswa berkebutuhan khusus (MBK) di Unair masih memerlukan pengembangan dan perbaikan.

Prof Myrtati menambahkan bahwa pendampingan tersebut merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh Unair untuk memberikan solusi terhadap kemungkinan kesulitan dalam proses pembelajaran.

“Ketika mahasiswa tunanetra membutuhkan seseorang untuk melakukan finishing PPTnya, karena dia tidak dapat melihat posisi tabel atau gambar yang dia lampirkan,” ungkapnya.

Selain itu, Prof Myrtati juga mengatakan bahwa pendampingan dilakukan pada mahasiswa yang melaksanakan tes masuk ke Unair. Misalnya, membacakan naskah soal untuk calon mahasiswa yang tunanetra atau membantu calon mahasiswa berkursi roda untuk masuk ruang ujian yang belum ramah disabilitas.

Pendampingan MBK ini juga melibatkan relawan. Pada awalnya relawan bertugas untuk membacakan naskah soal untuk mahasiswa tunanetra. Untuk selanjutnya sejak tahun 2019 diadakan rekrutmen terbuka untuk menjadi pendamping.

“Tahun 2021 juga ada recruitment volunteers pendamping mahasiswa difabel ini, tetapi timing-nya agak terlambat karena kondisi pandemi,” terangnya.

Prof Myrtati menyebutkan bahwa pendampingan ini akan terus dilakukan sebagai bentuk kepedulian Unair kepada mahasiswa berkebutuhan khusus (MBK). Tak hanya itu, menurut Prof Myrtati, pendampingan untuk mahasiswa difabel merupakan cara untuk belajar mengasah kepedulian dan melihat dunia yang mungkin berbeda dari keseharian.

“Yang belajar di sini tidak hanya MBK terhadap volunteer, tetapi juga volunteer pada MBK. Pada dasarnya hidup itu give and take, semua hal dapat menjadi bahan pembelajaran hidup kita, semua orang dapat menjadi guru kita,” pungkasnya.

Pendampingan untuk mahasiswa difabel ini merupakan salah satu upaya Universitas Airlangga untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (SDGs) pada indikator reduced inequalities, indicator proportion of students with disabilities.

Unair sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia berkomitmen meningkatkan kebermanfaatan untuk masyarakat luas. Untuk mengetahui apa saja kiprah Unair di masyarakat, kunjungi laman unair.ac.id.  (*)