Banyaknya fenomena permasalahan di klinik dan puskesmas yang belum terpecahkan membuat Prof Dr Ernie Maduratna Setiawatie drg MKes SpPerio (K), salah satu Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (FKG Unair) memberikan alternatif berupa produk inovasi Eryzol. Berbagai permasalahan itu seperti lamanya penyembuhan sariawan, terjadinya penyusutan gusi pasca-flap operasi, dan masuknya bakteri pasca-perawatan.

Eryzol merupakan sebuah dental gel yang terbuat dari hyaluronan yang dikombinasi dengan metronidazole sehingga bersifat antibakteri, anti-inflamasi, dan tidak toksik. Materi tersebut dapat meningkatkan penyembuhan luka pasca-operasi gigi dan mulut. Progres hilirisasi penelitian ini pun telah melewati berbagai uji.

“Produk ini sudah masuk prototipe teruji in vitro, in vivo, dan klinis sehingga perlu kerja sama dengan perusahaan farmasi untuk uji klinis skala besar dan produksi massal,” papar Prof Ernie.

Gubes FKG kelahiran Malang tersebut menambahkan, mekanisme produk inovasi Eryzol bisa diaplikasikan secara lokal dengan spuit atau alat suntik pada daerah luka. Meskipun terdapat kompetitor produk serupa, produk ciptaannya berbeda dalam hal bahan pembawa dan konsentrasi metronidazole. Gel hyaluronan diduga untuk meningkatkan signaling molekul pada proses regenerasi jaringan.

Prof Ernie menambahkan, perlunya kolaborasi dengan pabrik farmasi untuk produksi massal dengan harga terjangkau sehingga masyarakat bisa turut merasakan manfaatnya. Sebab, dewasa ini, produksi tersebut masih impor dengan harga yang relatif mahal.

infografik operasi-gigi unair

Sebagai informasi, dalam penelitiannya, Prof Ernie juga menciptakan produk lain, yaitu obat kumur fordontis yang diproduksi oleh PT Konimex, ada pula produk dentolaser yang berkolaborasi dengan PT Sarandi.

Menurut Prof Ernie, produk Eryzol bisa masuk di e-katalog sehingga semua puskesmas bisa mudah mendapatkannya.

Salah satu peneliti terbaik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga itu juga berbagai tips dan trik mendapat pendanaan, yang berangkat dari sebuah pemasalahan di lapangan  hingga menghasilkan ide solutif.

Lebih lanjut, Prof Ernie menyebutkan bahwa penelitian terapan lebih mudah mendapat dana. Dari permasalahan kemudian dicari jalan keluar yang efisien efektif.

“Melalui berbagai penelitian in vitro in vivo dan klinis. Setelah ditemukan formula yang pas segera daftarkan paten, dengan adanya bukti empiris melalui hasil penelitian bertahun-tahun dan HKI paten,” tutur Prof Ernie.

“Selain itu, mencari link pabrik atau perusahaan yang mau berkolaborasi untuk produksi. Pesan saya untuk konsumen ke depannya obat ini bisa dibeli di apotek, ya,” imbuhnya.

Sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, Unair terus berupaya menciptakan inovasi yang dapat berguna di masyarakat. Ingin mengenal Unair lebih dekat? Kunjungi laman unair.ac.id. (*)