Tim pengabdian masyarakat Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga (FTMM Unair) berhasil menciptakan teknologi smart farming pertanian hidroponik terpadu. Produk sayuran hidroponik yang dibudidayakan adalah pakcoy dan selada. Program tersebut dilaksanakan di Dusun Karangploso, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Rizki Putra Prastio SSi MT sebagai salah satu inisiator menuturkan bahwa ide tersebut bermula ketika membaca artikel dosen Teknik Elektro FTMM Unair Prisma Megantoro ST MEng. “Awalnya, saya tahu Pak Prisma pernah menulis artikel ilmiah tentang monitor hidroponik. Kemudian ada lowongan proposal pengmas, saya dapat ide bagaimana kalau sistem tersebut sekalian kita implemetasikan di lapangan,” tuturnya pada Unair News, Selasa (27/7/2021).

Manfaat smart farming

Teknologi smart farming dilengkapi dengan atap plastik sehingga tanaman dapat terlindung dari air hujan. “Jadi, kualitasnya tetap terjaga,” tutur Tio. Selain itu, smart farming disertai dengan growlight atau lampu perangsang pertumbuhan. Tujuannya, tanaman tetap tumbuh pada malam hari sehingga waktu panen bisa lebih cepat.

Memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 900 Wp, instalasi hidroponik tersebut mempunyai sumber listrik mandiri yang tidak terbatas dan terpisah dari listrik PLN. Dengan begitu, proses pertanian dapat meningkat melalui produktivitas hidroponik tersebut.

Selain pembangunan PLTS utuk listrik mandiri, empat instalasi hidroponik pada proyek pengmas itu mengimplementasikan perangkat monitor online melalui internet of things (IoT). Perangkat tersebut diberi nama Airlangga Sahabat Petani Hidroponik (Arsenik). Perangkat monitoring yang terpasang pada instalasi hidroponik terkoneksi dengan jaringan internet sehingga petani dapat memantau kondisi air nutrisi di mana saja melalui ponsel.

Progres “smart farming” FTMM Unair

“Kalau teknisnya tinggal memasang saja, tapi kan, masih ada sosialisasi dan edukasi ke masyarakat tentang operasional dan penggunaan secara maintenance-nya (pemeliharaan) karena memang PLTS maupun perangkat monitoringnya akan dikelola sendiri oleh masyarakat, terutama komunitas hidroponik itu,” jelas Prisma.

Terkait dengan kendala dalam program tersebut, Prisma menuturkan bahwa pandemi dan penyekatan jalan menjadi halangan utama. Perubahan harga barang juga menjadi salah satu kendala.

Prisma berharap, program tersebut dapat mempromosikan FTMM dan Unair pada masyarakat luas. Melalui program yang banyak berkontribusi kepada masyarakat, Prisma juga berharap agar Unair tidak hanya populer di masyarakat dengan bidang medical science-nya, tetapi juga bidang teknologi maju dan energi terbarukan.

Unair merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia yang mendorong sivitas akademikanya untuk senantiasa berguna bagi masyarakat. Untuk mengetahui kiprah mahasiswa dan alumni Unair lainnya, kunjungi laman unair.ac.id. (*)